Lama ga nulis, monggo buat yang nyari Gustav Jung berikut Teori Psikologi Analitikal Carl Gustav Jung :
A. Dasar-Dasar Teori Analitik Jung
Teori
kepribadian Jung dipandang sebagai teori psikoanalitik karena
tekanannya pada proses-proses tak sadar, namun berbeda dalam sejumlah
hal penting dengan teori kepribadian Freud. Menurut Jung, tingkah laku
manusia ditentukan tidak hanya oleh sejarah individu dan rasi
(kausalitas) tetapi juga oleh tujuan-tujuan dan aspirasi-aspirasi
(teleologi). Baik masa lampau sebagai aktualitas maupun masa depan
sebagai potensialitas sama-sama membimbing tingkah laku orang sekarang.
Pandangan Jung tentang kepribadian adalah prospektif dalam arti bahwa ia
melihat ke depan ke arah garis perkembangan sang pribadi di masa depan
dan retrospektif dalam arti bahwa ia memperhatikan masa lampau. Bagi
Freud, hanya ada pengulangan yang tak habis-habisnya atas tema-tema
insting sampai ajal menjelang. Bagi Jung, ada perkembangan yang konstan
dan sering kali kreatif, pencarian ke arah keparipurnaan dan kepenuhan,
serta kerinduan untuk lahir kembali.
Teori Jung juga berbeda dari
semua pendekatan lain tentang kepribadian karena tekanannya yang kuat
pada dasar-dasar ras dan filogenetik kepribadian. Jung melihat
kepribadian individu sebagai produk dan wadah sejarah leluhur. Freud
menekankan asal-usul kepribadian pada kanak-kanak sedangkan Jung
menekankan asal-usul kepribadian pada ras..
B. Struktur Kepribadian
1. Ego
Ego
adalah jiwa sadar yang terdiri dari
persepsi-persepsi,ingatan-ingatan,pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan
sadar. Ego melahirkan perasaan identitas dan kontinuitas seseorang,dan
dari segi pandangan sang pribadi ego dipandang berada pada kesadaran.
2. Ketidaksadaran Pribadi
Ketidaksadran
pribadi adalah daerah yang berdekatan dengan ego. Ketidaksadaran
pribadi terdiri dari pengalaman-pengalaman yang pernah sadar tetapi
kemudian direpresikan, disupresikan, dilupakan atau diabaikan serta
pengalaman-pengalaman yang terlalu lemah untuk menciptakan kesan sadar
pada sang pribadi.
Kompleks-kompleks. Kompleks adalah
kelompok yang terorganisasi atau konstelasi perasaan-perasaan,
pikiran-pikiran, persepsi-persepsi, ingatan-ingatan, yang terdapat dalam
ketidaksadaran pribadi. Kompleks memiliki inti yang bertindak seperti
magnet menarik atau “mengkonstelasikan” berbagai pengalaman kearahnya.
(Jung,1934)
3. Ketidaksadaran Kolektif
Ketidaksadaran
kolektif adalah gudang bekas-bekas ingatan laten yang diwariskan dari
masa lampau leluhur seseorang,masa lampau yang meliputi tidak hanya
sejarah ras manusia sebagai suatu spesies tersendiri tetapi juga leluhur
pramanusiawi atau nenek moyang binatangnya. Ketidaksadaran kolektif
adalah sisa psikik perkembangan evolusi manusia, sisa yang menumpuk
sebagai akibat dari pengalaman-pengalaman yang berulang selama banyak
generasi. Semua manusia kurang lebih memiliki ketidaksadaran kolektif
yang sama. Jung menghubungkan sifat universal ketidaksadaran kolektif
itu dengan kesamaan stuktur otak pada semua ras manusia dan kesamaan ini
sendiri disebabkan oleh evolusi umum.
a. Arkhetipe-Arkhetipe
Arkhetipe
adalah suatu bentuk pikiran (ide) universal yang mengandung unsur emosi
yang besar. Bentuk pikiran ini menciptakan gambaran-gambaran atau
visi-visi yang dalam kehidupan sadar normal berkaitan dengan aspek
tertentu dari situasi.
b. Persona
Persona
adalah topeng yang dipakai sang pribadi sebagai respon terhadap
tuntutan-tuntutan kebiasaan dan tradisi masyarakat, serta terhadap
kebutuhan-kebutuhan arkhetipal sendiri(Jung,1945). Tujuan topeng adalah
untuk menciptakan kesan tertentu pada orang-orang lain dan sering kali,
meski tidak selalu, ia menyembunyikan hakikat sang pribadi yang
sebenarnya.
c. Anima dan animus
Manusia
pada hakikatnya merupakan makhluk biseksual. Pada tingakat fisiologis,
laki-laki mengeluarkan hormon seks laki-laki maupun perempuan, demikian
juga wanita.Pada tingkat psikologis,sifat-sifat maskulin dan feminin
terdapat pada kedua jenis. Jung mengaitkan sisi feminine kepribadian
pria dan sisi maskulin kepribadian wanita dengan arkhetipe-arkhetipe.
Arkhetipe fenimin pada pria disebut anima, arkhetipe maskulin pada
wanita disebut animus (Jung,1945,1945b).
d. Bayang-bayang. Bayang-bayang
mencerminkan sisi binatang pada kodrat manusia. Sebagai arkhetipe
,bayang-bayang melahirkan dalam diri kita konsepsi tentang dosa asal;
apabila bayang-bayang diproyeksikan keluar maka ia menjadi iblis atau
musuh.
e. Diri (Self)
Arkhetipe
yang mencerminkan perjuangan manusia kearah kesatuan (Wilhelm dan Jung
1931). Diri adalah titk pusat kepribadian, disekitar mana semua sistem
lain terkonstelasikan. Ia mempersatukan sistem-sistem ini dan memberikan
kepribadian dengan kesatuan, keseimbangan dan kestabilan pada
kepribadian.
4. Sikap
Jung membedakan dua
sikap atau orientasi utama kepribadian,yakni sikap ekstraversi dan sikap
introversi. Sikap ektraversi mengarah sang pribadi ke dunia luar, dunia
objetif; sikap introversi mengarahkan orang ke dunia dalam,dunia
subjektif (1921). Kedua sikap yang berlawanan ini ada dalam kepribadian
tetapi biasanya salah satu diantaranya dominan dan sadar. Apabila ego
lebih bersifat ekstavert dalam relasinya dengan dunia, maka
ketidaksadaran pribadinya akan bersifat introvert.
5. Fungsi
Ada empat fungsi psikologis fundamental:a. Pikiran. Berpikir melibatkan ide-ide dan intelek. Dengan berpikir manusia berusaha memahami hakikat manusia dan dirinya sendiri.b. Perasaan. Perasaan
adalah fungsi evaluasi; Ia adalah nilai benda-benda,entah bersifat
positif maupun negatif,bagi subjek. Fungsi perasaan memberikan kepada
manusia pengalaman-pengalaman subjektifnya tentang kenikmatan dan rasa
sakit, amarah, ketakutan, kesedihan, kegembiraan dan cinta.c. Pendirian. Pendirian
adalah fungsi perceptual atau fungsi kenyataan.Ia menghasilkan
fakta-fakta konkret atau bentuk-bentuk representasi dunia.d. Intuisi. Intuisi
adalah persepsi melalui proses-proses tak sadar dan isi di bawah ambang
kesadaran. Orang yang intuitif melampaui fakta-fakta, perasaan-perasaan
dan ide-ide dalam mencari hakikat kenyataan.
Pikiran dan perasaan
disebut fungsi rasio karena mereka memakai akal,penilaian,abstraksi dan
generalisasi. Mereka memungkinkan manusia menemukan hukum-hukum dalam
alam semesta. Pendirian dan intuisi dipandang sebagai fungsi irrasional
karena mereka didasarkan pada persepsi tentang hal-hal yang konkret,
khusus dan aksidental.Biasanya salah satu diantara keempat fungsi itu
berkembang jauh melampaui ketiga lainnya,dan memainkan peranan yang
lebih menonjol dalam kesadaran.Ini disebut fungsi superior. Salah satu
dari ketiga fungsi lainnya biasanya bertindak sebagai pelengkap terhadap
fungsi superior. Apabila fungsi kerja superior terhambat maka secara
otomatis fungsi pelengkap menggantikan fungsi superior. Fungsi yang
paling kurang berkembang dari keempat fungsi itu disebut fungsi
inferior.Fungsi itu direpresikan dan menjadi tidak sadar. Fungsi
inferior mengungkapkan diri dalam mimpi-mimpi dan fantasi-fantasi.
Fungsi inferior itu juga memilki fungsi pelengkap.
6. Interaksi di Antara Sistem-Sistem Kepribadian
Berbagai
sistem dan sikap serta fungsi yang hendak membangun seluruh kepribadian
saling berinteraksi dengan tiga cara yang berbeda.
a. Salah satu sistem bisa mengkompensasikan kelemahan sistem lain, Kompensasi
bisa dijelaskan dengan interaksi antara sikap dan ektraversi dan
introversi yang berlawanan. Apabila ektraversi merupakan sikap ego sadar
yang dominan atau superior maka ketidaksadaran akan melakukan
kompensasi dengan mengembangkan sikap intoversi yang direpresikan.
Kompensasi juga terjadi antarfungsi. Seseorang yang menekankan pikiran
dan persaan dalam kesadarannya akan menjadi intuitif, dan bertipe
pendirian secara tak sadar. Demikian juga, ego dan anima pada seorang
pria serta animus pada seorang wanita melahirkan hubungan kompensatorik
satu sama lain. Ego pria normal adalah maskulin sedangkan anima adalah
feminine dan ego wanita yang normal adalah feminin sedangkan animus
maskulin.Pada umumnya, semua isi kesadaran dikompensasikan oleh isi-isi
ketidaksadaran. Prinsip kompensasi memberikan semacam ekuilibrium atau
keseimbangan antara unsur-unsur yang saling bertentangan sehingga
mencegah psikhe menjadi tidak seimbang secara neurotis.
b. Salah satu sistem bisa menentang sistem lain, Pertentangan
terdapat dimana-mana dalam kepribadian; antara ego dan
bayang-bayang,antara ego dan ketidaksadaran pribadi,antara persona dan
anima atau animus, antara persona dan ketidaksadaran pribadi,antara
kolektif dan ego,serta antara ketidaksadaran kolektif dan persona.
Introversi bertentangan dan ekstraversi, pikiran bertentangan dengan
perasaan,dan pendirian bertentangan dengan intuisi. Ego adalah seperti
bola bulu tangkis yang dipukul bolak-balik antara tuntutan-tuntutan luar
dari masyarakat dan tuntutan-tuntutan batin dari ketidaksadaran
kolektif. Sebagai akibat dari pertarungan ini berkembanglah persona atau
topeng. Persona kemudian diserang oleh arkhetipe-arkhetipe lain dalam
ketidaksadaran kolektif.
c. Dua sistem atau lebih bisa bersatu membentuk sintesis.Kesatuan
dari yang berlawanan tercapai lewat apa yang oleh Jung disebut fungsi
transenden. Bekerjanya fungsi ini menghasilkan sintesis antara
sistem-sistem yang bertentangan dan membentuk kepribadian yang seimbang
dan terintegrasi. Pusat dari kepribadian yang terintegrasi ini adalah
diri (self).
C. Dinamika Kepribadian1. Energi Psikis
Energi
yang menjalankan fungsi kepribadian disebut energi psikis(Jung,1948b).
Energi psikis merupakan menifestasi energi kehidupan, yakni energi
organisme sebagai sistem biologis. Energi psikis lahir seperti semua
energi vital lain,yakni dari proses-proses metabolik tubuh. Energi
psikis terungkap sacara konkret dalam bentuk daya-daya actual atau
potensial. Keinginan, kemauan, perasaan, perhatian, dan perjuangan
adalah contoh-contoh daya aktual dalam kepribadian; disposisi, bakat,
kecenderungan, kehendak hati, dan sikap adalah contoh-contoh daya
potensial.
a. Nilai-Nilai Psikis. Jumlah energi
psikis yang tertanam dalam salah satu unsur kepribadian disebut nilai
dari unsur itu. Ide atau perasaan tersebut memainkan peranan
pentingdalam mencetuskan dan mengarahkan tingkah laku.
b. Daya Konstelasi Suatu Kompleks. Nilai-nilai
tak sadar harus ditentukan dengan menilai “daya konstelasi unsur inti
suatu kompleks“ yang terdiri dari jumlah kelompok-kelompok item yang
dihubungkan oleh unsur inti kompleks. Jung membicarakan tiga metode yang
dapat dipakai untuk menaksir daya konstelasi unsur inti :1) Observasi
langsung plus deduksi-deduksi analitik. Melalui observasi dan inferensi
kita dapat mengestimasikan jumlah asosiasi yang terikat pada suatu unsur
inti.2) Indikator-indikator kompleks. Indikator kompleks adalah suatu
gangguan tingkah laku yang menunjukkan adanya kompleks.3) Intensitas
ungkapan emosi. Intensitas reaksi emosi seseorang terhadap suatu situasi
merupakan ukuran lain tentang kekuatan suatu kompleks.2. Prinsip EkuivalensiPrinsip
ekuivalensi menyatakan bahwa jika energi dikeluarkan untuk menghasilkan
suatu kondisi tertentu, maka jumlah yang dikeluarkan itu akan muncul di
satu tempat lain dlam sistem. Prinsip ini menyatakan bahwa jika suatu
nilai tetentu melemah atau menghilang, maka jumlah energi yang diwakili
oleh nilai itu tidak akan hilang dari psikhe tetapi akan muncul kembali
dalam suatu nilai baru. Surutnya suatu nilai sudah pasti berarti
munculnya suatu nilai lain. Misalnya ego, maka energi itu akan muncul
pada suatu sistem lain, mungkin persona. Atau jika makin banyak nilai
direpresikan ke dalam sisi bayang-bayang kepribadian, maka nilai itu
akan tumbuh kuat dengan mengorbankan struktur-struktur lain dalam
kepribadian.
3. Prinsip EntropiPrinsip entropi
menyatakan bahwa distribusi energi dalam psikhe mencari ekuilibrium atau
keseimbangan. Jung menyatakan bahwa realisasi diri adalah tujuan dari
perkembangan psikis maksudnya antara lain adalah bahwa dinamika
kepribadian bergerak ke arah suatu keseimbangan daya-daya yang sempurna.
4. Penggunaan energiSeluruh
energi psikis yang tersedia untuk kepribadian digunakan untuk dua
tujuan umum. Sebagian diantaranya dipakai untuk melakukan pekerjaan yang
perlu untuk memelihara kehidupan dan untuk pembiakan spesies.
D. Perkembangan Kepribadian1. Kausalitas versus TeleologiIde
tentang tujuan yang membimbing dan mengarahkan nasib manusia pada
haikikatnya merupakan penjelasan teleologis dan penjelasan finalistis.
Pandang kausalitas menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa sekarang ini
adalah akibat atau hasil pengaruh dari keadaan atau sebab sebelumnya.
Masa sekarang tidak hanya ditentukan oleh masa lampau (kausalitas)
tetapi juga ditentukan oleh masa depan (teleologi).
2. SinkronisitasGejala-gejala
sinkronistik bisa dijelaskan berdasarkan hakikat arkhetipe-arkhetipe.
Arkhetipe dikatakan bersifat psychoid yakni bersifat psikologis dan
fisik sekaligus. Akibatnya, arkhetipe dapat membawa ke dalam kesadaran
suatu gambaran jiwa tentang peristiwa fisik meskipun tidak ada persespi
langsung terhadap peristiwa fisik tersebut. Arkhetipe tidak menyebabkan
dua peristiwa, tetapi ia memiliki suatu kualitas yang memungkinkan
sinkronisitas itu terjadi. Prinsip sinkronisitas kiranya akan
memperbaiki pandangan bahwa pikiran menyebabkan materialisasi atau
terjadinya hal-hal yang dipikirkan.
3. HereditasHereditas
berkenaan dengan insting-insting biologis yang menjalankan fungsi
pemeliharaan diri dan reproduksi. Insting merupakan dorongan batiniah
untuk bertindak dengan cara tertentu, bila timbul suatu keadaan jaringan
tertentu. Pandangan Jung tentang insting-insting tidak berbeda dengan
pandangan yang dikemukakaan oleh biologi modern ( Jung. 1929, 1948c ).
Disamping warisan insting-insting biologis terdapat juga “pengalaman
pengalaman“ leluhur. Pengalaman-pengalaman ini, diwariskan dalam bentuk
arkhetipe-arkhetipe.
4. Tahap-tahap perkembanganDalam
tahun-tahun yang paling awal, libido di salurkan dalam
kegiatan-kegiatan yang diperlukan supaya tetap hidup. Sebelum usia lima
tahun, nilai-nilai seksual mulai tampak dan mencapai puncaknya selama
masa adolesen. Dalam masa muda seseorang dan awal tahun-tahun dewasa,
insting-insting kehidupan dasar dan proses-proses vital meningkat.
Ketika
individu mencapai usia 30-an atau awal 40-an terjadi perubahan nilai
yang radikal. Orang yang berusia setengah baya menjadi lebih introvet
dan kurang implusif. Kebijaksanaan dan kecerdasan menggantikan gairah
fisik dan kejiwaan. Orang menjadi lebih spiritual. Peralihan ini
merupakan peristiwa yang sangat menentukan dalam kehidupan seseorang. Ia
merupakan saat yang paling berbahaya, karena kalau terjadi
ketidakberesan selama perpindahan energi ini, kepribadian bisa menjadi
lumpuh selamanya.
5. Progresi dan RegresiPerkembangan
dapat mengikuti gerak maju, progesif, atau gerak mundur, regresif.
Progresi oleh Jung dimaksudkan bahwa ego sadar menyesuaikan diri sendiri
secara memuaskan baik terhadap tuntutan-tuntutan lingkungan luar maupun
terhadap kebutuhan-kebutuhan ketidaksadaran. Dalam progesi yang normal,
daya-daya yang berlawanan dipersatukan dalam suatu arus proses psikis
yang terkoordinasi dan harmonis.
6. Proses individuasiPerkembangan
adalah mekarnya kebulatan asli yang tidak berdiferensiasi yang dimiliki
manusia pada saat dilahirkan. Tujuan terakhir pemekaran ini adalah
realisasi diri. Untuk memiliki kepribadian yang sehat dan terintegrasi,
setiap sistem harus dibiarkan mencapai tingkat diferensiasi,
perkembangan, dan pengungkapan yang paling penuh. Proses untuk mencapai
ini disebut proses individuasi ( Jung, 1939, 1950 ).
7. Fungsi transenden Apabila
keanekaragaman telah dicapai lewat proses indiiduasi, maka
sistem-sistem yang berdiferensiasi itu kemudian diintegrasikan oleh
fungsi transenden ( Jung, 1916b ).
8. Sublimasi dan represiSublimasi
bersifat progesif, represi bersifat regresif. Sublimasi menyebabkab
psikhe bergerak maju, sedangakan represi menyebabkan psikhe bergerak
mundur. Sublimasi menghasilkan rasionalitas, sedangkan represi
menghasilkan irasionalitas. Sublimasi bersifat integratif sedangkan
represi bersifat disintegratif.
9. PerlambanganLambang
dalam psikologi Jungian mempunyai dua fungsi utama. Lambang merupakan
usaha untuk memuaskan impuls instingtif yang terhambat, di lain pihak
lambang merupakan perwujudan bahan arkhetipe. Lambang-lambang adalah
bentuk representasi psikhe. Lambang-lambang tidak hanya mengungkapkan
khazanah kebijaksanan umat manusia yang diperoleh secara rasial dan
individual, tetapi lambang-lambang itu juga menggambarkan
tingkat-tingkat perkembangan yang jauh mendahului perkembangan manusia
sekarang.
Sumber Referensi:
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.S. Hall;
Calvin dan Gardner Lindzey, Supratiknya A. (Ed.). 1995. Psikologi Kepribadian 1: Teori-teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Kanisius
No comments:
Post a Comment